Mohon tunggu, kami sedang memproses pembayaran Anda.
Mohon untuk tidak menutup atau melakukan reload halaman ini.
Terima Kasih.
Ada dua jenis generasi Millenial.
Yang pertama, yang suka menabung. Menurut Consumer News and Business Channel (CNBC) dan penelitian terbaru oleh Bank of America, 1 dari 6 Milennial (usia 23-37) memiliki $100.000 (setara1,5 Milyar Rupiah) atau lebih dalam rekening tabungan mereka. Yang kedua, yang tidak suka menabung. Tahun lalu, CNBC melaporkan bahwa 67% dari "milenium muda" (usia 18-24) memiliki kurang dari $1.000 (setara 15 juta Rupiah) dalam rekening tabungan mereka - dan 46% memiliki saldo zero balance. Sebagai Milenial (dan anggota dari jenis pertama), uang adalah hal yang sangat penting. Generasi sebelumnya merasakan krisis ekonomi di Indonesia pada tahun 1998. Sebelum krisis, banyak yang berpendapat bahwa menabung adalah bukan hal yang utama. Tidak sedikit dari mereka yang memiliki kartu kredit dan akhirnya harus terlilit hutang yang besar pada saat itu, sewaktu ekonomi gonjang-ganjing.
Perilaku konsumen pada saat itu yang masih banyak belum membiasakan diri untuk menabung pada akhirnya mulai berubah dan berpikir pentingnya menabung untuk masa depan yang lebih baik. Krisis telah membukakan pandangan mereka. Sebenarnya, faktor lain yang membuat banyak milenial yang enggan menabung karena punya pikiran yang terlalu jauh tentang biaya hidup. Mereka berpendapat bahwa tabungannya tidak akan cukup untuk membeli rumah di masa depan. Sayangnya, pemikiran tersebut benar adanya karena harga tanah dan bangunan selalu naik dan inflasi terus terjadi. Namun, bagaimanapun kita perlu menabung minimal untuk biaya hidup 3-6 bulan ke depan, sehingga nggak akan kesulitan dan berhutang jika tiba-tiba ada hal darurat ataupun harus resign dari pekerjaan. Untuk masalah inflasi atau kenaikan harga rumah yang tinggi, yang tidak bisa dikalahkan oleh bunga tabungan. Milenial sebenarnya bisa mulai melirik untuk berinvestasi di Reksa Dana. Terutama untuk kebutuhan-kebutuhan jangka Panjang.
Bagi Milenial, uang adalah penting, namun masih banyak dari mereka tidak paham cara mengelola uang yang baik yang berorientasi kepersiapan masa depan. Gaya hidup yang tinggi terkadang penghambat bagi mereka untuk menabung atau berinvestasi (Banyak Sekolah yang belum memberikan pelajaran secara mendalam atas masalah ini).
- Cek lagi pengeluaran
Lihat pengeluaran kita 3-6 bulan ke belakang dan tetapkan pengeluaran yang realistis. Tak jarang gaya hidup menjadi penghambat kita untuk mencapai level keuangan yang mapan. Secara teori, kita hanya bisa menambah kekayaan dengan 2 cara sederhana, yaitu, Menambah penghasilan, atau Mengurangi pengeluaran. Bila memang tidak ada jalan untuk menambah penghasilan, maka yang perlu kita perhatikan adalah mengurangi pengeluaran.
Setiap kali kita menghabiskan lebih banyak dari biasanya, cobalah untuk meng-audit diri sendiri. Cobalah menarik laporan rekening bank 3-6 bulan terakhir dan mulai mencari biaya yang tidak perlu. Misalnya, dengan me-review aplikasi online seperti Gojek atau Grab, apakah memang perlu, padahal harusnya kita bisa berjalan kaki. Atau mungkin makan dan nongkrong di dua restoran yang mahal di minggu yang sama.
Lingkarilah item dalam kategori yang sama - belanja, restoran, ngopi, jalan-jalan, dll. Kemudian tanyakan pada diri kita bagaimana ya caranya kita dapat mengurangi pengeluaran di masing-masing kategori tersebut. Bahkan hal-hal seperti tagihan belanja online - apakah kita sering membeli alat-alat skin care dan makeup yang sebenarnya kita masih punya di rumah? Pemotongan biaya ini mungkin kecil dan tampak tidak penting, tetapi jika kita melakukan latihan ini, kemungkinan kita akan menemukan beberapa juta Rupiah yang terbuang setiap bulan. - Kenakan Pajak Pribadi kepada diri kita sendiri
Potong 10-20% dari gaji bulanan dan masukkan ke dalam rekening tabungan yang bukan rekening payroll. Mulailah melakukan ini dari lulus kuliah. Sekedar berandai-andai, jadi jika kita bangun besok hari dan pemerintah memutuskan untuk mengenakan pajak 10% lebih banyak, baik itu PPN maupun PPh, otomatis kita sudah membayar pajak itu secara tidak langsung. Jadi, anggap kita menabung dengan membayar pajak pribadi, dan pindahan uang itu selama bertahun-tahun, simpanan kecil 500 ribu sampai sejuta akan berubah menjadi puluhan juta rupiah. - Jangan Membuat kartu kredit
Tak memiliki kartu kredit akan membebaskan kita dari beban membayar utang-utang di akhir bulan. Selain itu, kita akan menjadi lebih pemilih dan realistis ketika ingin membelanjakan uang. Kalau ada kebutuhan yang tak bisa menunggu sampai tanggal gajian berikutnya, kita bisa mengambil dari tabungan. - Hindari bepergian ke tempat berbelanja atau kafe
Cobalah untuk mengganti tujuan jalan-jalan. Daripada pergi ke mal atau kafe yang bisa membuat iman tergoda, pergilah ke taman kota, museum, atau sekadar mengundang teman-teman berkunjung ke rumah kita. Menghabiskan waktu yang seru itu tak harus dengan berjalan-jalan ke tempat yang mahal kok. - Buka akun investasi dan mulai pola investasi dengan setoran otomatis
Jika pekerjaan kita saat ini adalah wirausaha, seperti startup company dan belum memiliki tabungan masa depan ataupun rencana keuangan untuk jangka panjang dan pensiun. Lakukanlah sesegera mungkin setelah mulai masuk ke dunia kerja. Orang-orang yang sukses di dunia keuangan memulai berinvestasi untuk jangka panjang pada usia yang sangat muda. Buka rekening investasi dengan setoran otomatis perbulan setelah habis gajian. Sekali lagi, perlakukan ini seperti pajak atas diri kita sendiri. Angaplah itu hanyalah pengeluaran lain - dan selama bertahun-tahun, setoran kecil bulanan ini telah berubah menjadi puluhan juta rupiah dan pada akhirnya masa depan yang kita idam-idamkan selama ini dapat terwujud. To reach the financial freedom!