Artikel
Jenis-jenis Prioritas untuk Atur Pengeluaran
Berita Utama | 27-Sep-2019 17:23:40 - by boadminIT2

Setelah sebelumnya kita telah mengetahui bagaimana cara agar kita mengatur pengeluaran di Cara Atur Keuangan : Belajar Sisihkan Pengeluaran !, maka pada artikel kali ini kita akan mencoba untuk lebih mendalami cara menyusun skala prioritas atas pengeluaran-pengeluaran beserta dengan besaran komposisi atas masing-masing pos-pos pengeluaran tersebut dari pendapatan kita.

 

Penyusunan skala prioritas dapat didasarkan pada potensi risiko yang akan mungkin akan dialami apabila kita tidak mengalokasi dana pada pos pengeluaran tersebut. Berikut 4 (empat) jenis pos pengeluaran yang coba kami susun berdasarkan skala prioritasnya :

 

1. Prioritas utama : Pengeluaran untuk hak Tuhan Yang Maha Esa

Kita sepakat semua agama mengajarkan bahwa pada hakikatnya apa yang kita miliki saat ini adalah rezeki yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Dan dari sebagian rezeki tersebut wajib kita keluarkan, untuk disalurkan kepada yang membutuhkan dengan tujuan “membersihkan” harta. Pos pengeluaran ini jumlahnya sudah pasti, karena ada batas minimal yang harus dibayarkan. Misalnya, Umat Islam wajib menyisihkan minimal 2,5 % dari pendapatan mereka sementara untuk Umat Kristen diwajibkan untuk menyisihkan minimal 10 %.

JIka melihat dari sisi sudut pandang agama, maka sudah seharusnya pos ini dijadikan prioritas utama pengeluaran karena resikonya juga sangat besar jika diabaikan.

 

Besaran persentase dari pendapatan : 2,5 % - 10 %

 

2. Prioritas Kedua : Pengeluaran atas beban hutang

Tidak dapat kita pungkiri bahwa sebagian dari kebutuhan kita saat ini hanya dapat dipenuhi melalui  proses pembiayaan atau yang lebih kita kenal dengan istilah kredit. Sebagai contoh membeli rumah.  Hasil survey yang dilakukan Rumah123 akhir tahun 2016 lalu, diperkirakan hanya 5% dari generasi milenial yang bisa memiliki rumah di Jakarta pada beberapa sisanya entah tinggal di mana. Hal ini dikarenakan harga properti yang terus mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Adapun rata-rata peningkatan harga properti sebesar 8% setiap tahunnya. Di sisi lain Prediksi kenaikan gaji yang diterbitkan oleh Korn Ferry mengungkapkan bahwa gaji di Indonesia diperkirakan naik 7,8%.

Namun setelah memperhitungkan tingkat inflasi Indonesia yang diperkirakan sebesar 4,1%, maka kenaikan gaji riil di Indonesia pada tahun 2019 diprediksi sebesar 3,7%.

Berdasarkan kondisi tersebut, maka solusi yang dapat dilakukan oleh seseorang agar dapat memiliki rumah adalah melalui cicilan Kredit Kepemilikan Rumah (KPR). 

Nah…apabila kita memiliki tagihan atau cicilan hutang, maka pos pengeluaran ini menjadi prioritas kedua setelah sedekah. Pos pengeluaran ini memiliki tingkat resiko paling tinggi jika diabaikan. Karena berdampak secara finansial (denda, bunga), secara psikologis (ditagih), bahkan bisa berdampak secara hukum (dituntut).

 

Terkait dengan kredit,  selain untuk kebutuhan seperti pembelian rumah, sebaiknya juga hanya dilakukan untuk hal-hal yang sifatnya produktif bukan konsumtif. Jangan sampai seluruh atau sebagian besar gaji kita habis hanya untuk membayar cicilan

 

Besaran persentase dari pendapatan : Maksimal 30 %

 

 

3. Prioritas Ketiga : Pengeluaran untuk tujuan finansial di masa mendatang

Kita tentunya memiliki banyak tujuan finansial di masa yang akan datang, mulai dari biaya pernikahan, biaya sekolah anak sampai dengan persiapan masa pensiun. Agar semua tujuan finansial tersebut dapat tercapai, maka kita harus mengalokasi sebagian dari pendapatan kita mulai saat ini pada instrument-instrumen investasi yang disesuaikan dengan jangka waktu yang diharapkan.

 

Pengeluaran untuk masa depan ini menjadi prioritas ketiga dan didahulukan sebelum pengeluaran rutin atau biaya hidup bulanan.

 

Besaran persentase dari pendapatan : Minimal 10 %

 

3. Prioritas Keempat: Pengeluaran rutin bulanan

Belanja dapur, uang saku ayah atau anak, transportasi, tagihan listrik, air dan telepon serta hiburan merupakan contoh pengeluaran rutin yang dilakukan setiap bulan. Ini adalah pos pengeluaran yang kebanyakan orang memberikan alokasi paling banyak, dimana berdasarkan hasil survey didapatkan bahwa mereka menghabiskan 70 % atau lebih dari penghasilannya setiap bulan. Padahal sebenarnya Pos-pos pengeluaran ini sangat fleksibel jumlahnya. Nominalnya masih bisa dikurangi dengan berhemat atau bisa menjadi tidak ada batas maksimalnya jika menuruti nafsu.

 

Banyak cara yang dapat dilakukan agar kita dapat menyesuaikan besaran alokasi untuk pos pengeluaran ini. Misal belanja dapur bisa dikurangi dengan cara menyusun menu yang bervariatif, tidak selalu harus diisi dengan protein daging. Uang saku ayah atau anak dapat dikurangi dengan membawakan bekal makanan untuk mereka sehingga tidak perlu jajan, biaya transportasi dapat dikurangi dengan lebih banyak memilih menggunakan transportasi umum dibandingkan kendaraan pribadi. Hemat penggunaan air, listrik dan telepon dapat dikurangi sehingga tagihannya pun bisa berkurang. Serta porsi untuk mengisi weekend di luar rumah seperti nonton bioskop, ke mall atau tempat rekreasi dapat dikurangi menjadi sebulan sekali digantikan dengan quality time di rumah dengan menciptakan berbagai macam kegiatan yang dilakukan bersama.

 

Dan jika dilihat dari sisi resikonya pun paling kecil (apabila tidak dilakukan tidak akan berakibat fatal) dibandingkan pengeluaran lain yang melibatkan pihak ketiga. Untuk itu, pos ini menjadi prioritas paling akhir, alias menunggu sisa dari pos pengeluaran yang lain.

 

Besaran persentase dari pendapatan : 50 % - 60 %

 

Jadi setelah mengetahui skala prioritas pengeluaran dan alokasinya, yuk kita lebih bijak dalam mengatur pengeluaran kita.

 

Selamat BerinvestASIK