Artikel
Sadari Kebutuhan Finansial di Setiap Fase Kehidupan
Berita Utama | 17-Okt-2019 14:44:40 - by boadmincontent

Setiap manusia, mau tidak mau, suka tidak suka,  mulai dari lahir hingga tutup usia akan selalu dihadapkan dengan kebutuhan finansial. Setidaknya ada 3 fase yang akan dilewati oleh kita semua untuk memenuhi kebutuhan finansial kita. Berikut rinciannya :

1. Fase belum berpenghasilan.

Fase ini berlangsung +/- 20 tahun terhitung sejak kita lahir sampai dengan sebelum bekerja.  Selama kurun waktu tersebut, sumber pendapatan kita berasal dari orang tua, yang biasa disebut uang jajan. Namanya juga uang jajan, pastinya digunakan untuk pengeluaran yang sifatnya konsumtif.

Walaupun demikian, sebenarnya jargon-jargon bagaiman cara mengatur uang sudah mulai ditanamkan, seperti “Hemat Pangkal Kaya” dan “Mari Menabung”.  Dan penerapan perencanaan keuangan pun sebenarnya juga sudah mulai dilakukan pada usia remaja, dimana mereka menyisihkan uang jajannya untuk ditabung dan kemudian digunakan untuk membeli peralatan elektronik, baju, kamera dan barang-barang lain yang diinginkan.

2. Fase Produktif.

Fase ini berlangsung lebih lama dibandingkan fase pertama, yaitu +/- 25 – 30 tahun terhitung sejak mulai bekerja sampai dengan masa pensiun.  Dalam fase ini kita sudah mulai “menghasilkan”, baik dari gaji ataupun hasil usaha. Oleh karena itu, pada masa inilah idealnya kita mulai melakukan perencanaan keuangan yang sebenarnya,  seperti menyusun perencanaan liburan, perencanaan dana pensiun, perencanaan dana perjalanan ibadah, membeli asset (rumah atau kendaraan) dan kebutuhan lainnya. Makanya tidak heran jika fase ini juga disebut sebagai fase akumulasi kekayaan.

 

Tantangan yang umumnya dihadapi pada fase ini adalah adanya peningkatan gaya hidup, seiring dengan pendapatan semakin meningkat sehingga membuat sebagian dari kita lupa bahwa akan ada banyak dana yang kita butuhkan di masa pensiun.

 

3. Masa Pensiun.

Jika melihat “pensiunan” di para pensiunan di Amerika, maka kita akan melihat indahnya masa pensiun. Dimana kebanyakan dari para pensiunan tersebut akan menikmati hidup dengan berkeliling dunia dengan dana yang telah mereka sisihkan sepanjang masa produktif.

 

Namun, untuk “pensiunan” di Indonesia, masa pensiun menjadi fase kritis dalam pengelolaan keuangan, dimana mereka dihadapkan pada kondisi penurunan pendapatan sekitar 70 % (hanya dari uang pensiun), namun tingkat pengeluaran yang tetap atau turun sedikit. Hal inilah yang menyebabkan kita banyak menemui orang yang bingung dalam mengatur keuangannya, karena mereka belum menyiapkan dana yang cukup untuk memasuki masa pensiun. Terlebih akan ada tambahan pengeluaran untuk kesehatan, yang pada masa produktif biasanya di”cover” oleh perusahaan.

 

Sebagian dari kita tentu akan beranggapan bahwa “tenang aja, kan ada BPJS, pesangon dari perusahaan dan saya juga sudah ikut Dana Pensiun, jadi apa yang harus dikhawatirkan ?”
Perlu diketahui bahwa Tingkat Penghasilan Pensiun ideal adalah sekitar 70% dari penghasilan kita (ketika masih produktif). Program wajib Pemerintah (BPJS dan Pesangon) hanya memenuhi kebutuhan 29,7% dari tingkat penghasilan pensiun ideal. Sementara program Dana Pensiun baik yang dilakukan sendiri atau program pemberi kerja hanya akan menambah sekitar 20 % saja. Jadi kita masih harus menambah 20,3% lagi melalui program perencanaan pribadi dengan menempatkan pada instrument investasi. Kenapa instrument investasi, karena instrument inilah yang mampu menjawab tingkat inflasi yang terjadi.

Jadi, persiapkan sejak dini, mulai investasi sekarang juga!