Artikel
Market Report: Selama 4 Tahun Terakhir, The Fed Kembali Menurunkan Suku Bunga
Berita Utama | 02-Okt-2024 14:32:28 - by admincontent2

Zona Amerika

  • Perekonomian AS kuartal II untuk data yang kedua telah dirilis, tumbuh 3% annualized lebih baik dibandingkan pertumbuhan 1.6% annualized kuartal I.
  • Data pertumbuhan pendapatan dan pengeluaran personal masing-masing tumbuh 0.2% mom di bulan Agustus, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan mom sebesar 0.3% dan 0.5% di bulan Juli.
  • Data ketenagakerjaan bulan September akan dirilis, nonfarm payroll diprediksi bertambah 145.000 vs penambahan 142.000 di bulan Agustus. Tingkat pengangguran di bulan September diproyeksi tetap terjaga di level 4.2%.

Zona China

  • People’s Bank Of China (PBOC) menerbitkan stimulus kebijakan moneter yang cukup banyak dalam rangka target pertumbuhan ekonomi dapat tercapai. Beberapa stimulus di antaranya adalah penurunan suku bunga acuan 7 days menjadi 1.5% dari 1,7%, penurunan giro wajib minimum perbankan sebesar 50 bps sehingga likuiditas meningkat menjadi US$ 142 miliar. PBOC juga potensi akan kembali menurunkan giro wajib minimum sebesar 25-50 bps sehingga akan ada tambahan likuiditas US$ 114 miliar untuk pasar saham. Selain itu adanya relaksasi KPR senilai US$ 5.2 Tn dan mempermudah aturan pembelian rumah kedua dengan penurunan DP dari 25% menjadi 15%.
  • Kondisi manufaktur bulan September yang kembali berada di fase kontraksi di level 49.3 vs 50.4 bulan Agustus.

Zona Indonesia

  • Aktivitas ekonomi masyarakat masih dalam tren yang positif karena suplai uang yang masuk dalam kategori M2 di bulan Agustus masih dapat tumbuh 7.3% yoy vs 7.6% yoy bulan Juli.
  • Beberapa data yang akan dirilis pekan ini adalah
          1. Kondisi manufaktur bulan September yang diprediksi meningkat menjadi 49.5 vs 48.9 bulan Agustus.
            2.  Inflasi bulan September yang diprediksi masih terkendali atau tumbuh 2% yoy/0% mom vs pertumbuhan 2.12% yoy/-0.03% mom bulan Agustus.



Market View:

IHSG selama sepekan ditutup melemah -0.60% WoW di level 7.696,916. IHSG masih melemah setelah gagal menembus level 7900an, seharusnya pekan ini berada di zona positif karena emiten-emiten perbankan telah merilis kinerja untuk 8 bulan terakhir yang relatif mengalami perbaikan. Penerapan stimulus yang cukup signifikan di China seharusnya akan berdampak positif karena ekonomi akan mengalami pemulihan atau konsumsi masyarakat akan mulai pulih yang akan dapat menjaga harga komoditas sehingga seharusnya positif bagi Indonesia. Asing mencatatkan penjualan  bersih sebesar IDR 3.37 T selama sepekan (inflowYTD: IDR 52.75 T). Pada pekan lalu, tiga sektor yang mencatatkan pelemahan tertinggi adalah sektor transportasi, konsumsi siklikal dan infrastruktur masing-masing sebesar -1.70%, -1.76%, dan -1.26% secara mingguan.

Pada tanggal 27 September 2024, yield benchmark SUN 5 tahun (FR0101) flat menjadi 6,15%, yield benchmark 10 tahun (FR0100) flatmenjadi 6,44%, yield benchmark SUN 15 tahun (FR0098) naik menjadi 6,64% dan yield benchmark 20 tahun (FR0097) naik menjadi 6,76%.

Untuk INDON 10 tahun (INDON 34), yield bergerak flat di level 4,59% dan yield US Treasury 10 tahun flat di 3,75% (dibandingkan dengan posisi per 20 Sep 2024 yaitu 4,52% dan 3,73%). Premi resiko Indonesia yang terefleksikan dalam CDS 5 tahun turun ke level 68.54 bps. Rupiah ditutup menguat 0,17% WoW pada level 15.125.

Kepemilikan asing pada pasar SUN per tanggal 26 September 2024 tercatat sebesar 873.12 Triliun atau sebesar (14,74% dari total outstanding-nya) meningkat dibandingkan posisi per 20 September 2024 yaitu sebesar IDR 866.94  Triliun (14,72% dari total outstanding-nya).

The Fed telah mengimplementasikan kebijakan moneter yang longgar di tahun 2024 untuk pertama kalinya di bulan September dengan menurunkan suku bunga acuan sebesar 50 bps. Meski penurunan suku bunga acuan cukup banyak sebesar 50 bps, tampaknya AS masih tetap mengalami soft landing karena untuk tahun 2024 ekonomi diprediksi masih tumbuh 2.1% yoy sedangkan tahun 2025 diprediksi tumbuh 2% yoy. Bank Indonesia juga diprediksi akan mengimplementasikan kebijakan moneter yang longgar di tahun 2024 yang akan berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.  Pasar obligasi akan bereaksi positif terlebih dahulu akibat perbaikan kondisi makroekonomi yang akan diikuti positifnya kinerja di IHSG. 


Market Data:

JCI

Indonesia IDR
10yr (%)

Indon
10 yr (%)

US Treasury
10yr (%)

USD/IDR

7,696

6,44

4,59

3,75

15.125


Economic Data:

Indonesia Neraca Perdagangan Agustus (USD)

Indonesia Ekspor Agustus (% YoY)

Indonesia Impor Agustus (% YoY)

2,89 miliar

7,13

9,46