Artikel
Potensi Apresiasi Rupiah dan Dampaknya Terhadap Pasar Modal Indonesia
Berita Utama | 30-Des-2024 11:22:28 - by admincontent2
China
  • PMI Manufaktur Caixin untuk bulan Desember akan dirilis minggu ini. Diperkirakan akan mencatat 51,7 naik dari 51,5 di bulan November, mengindikasikan bahwa masih dalam fase ekspansif.

Indonesia
  • Uang beredar M2 di bulan November tumbuh 7% yoy, meningkat dari 6,8% yoy di bulan Oktober. Pertumbuhan ini mengindikasikan bahwa aktivitas ekonomi masih berada pada jalur yang positif.
  • PMI Manufaktur untuk bulan Desember akan dirilis minggu ini, dan mungkin akan memasuki fase ekspansi di level 50, dibandingkan dengan fase kontraksi di bulan November yang berada di level 49,6.
  • Data inflasi untuk bulan Desember juga akan dirilis, dengan ekspektasi kenaikan sebesar 1,4% yoy/0,26% mom, dibandingkan dengan 1,5% yoy/0,3% mom di bulan November.
Market View
Indeks Harga Saham Gabungan naik 0.75% secara mingguan ke level 7,036.57. IHSG diperkirakan akan tetap berada di wilayah positif di minggu ini, karena telah melemah selama hampir 2 bulan. Apresiasi rupiah terhadap dollar dapat menjadi katalis, karena level saat ini di sekitar Rp 16.200 masih sangat lemah.

Investor asing mencatat penjualan bersih sebesar Rp1,23 triliun selama sepekan terakhir, membawa arus masuk tahun berjalan (YTD) menjadi Rp15,98 triliun. Tiga sektor dengan keuntungan terkuat adalah sektor kesehatan, infrastruktur, serta transportasi dan logistik yang masing-masing meningkat sebesar 6,21%, 2,57%, dan 2% secara mingguan.

Pada 27 Desember 2024, imbal hasil obligasi pemerintah bertenor 5 tahun (FR0101) mendatar menjadi 6,99%, sedangkan imbal hasil obligasi pemerintah bertenor 10 tahun (FR0100) tidak berubah menjadi 7,03%.

Imbal hasil obligasi pemerintah bertenor 15 tahun (FR0098) turun menjadi 7,08%, dan imbal hasil obligasi pemerintah bertenor 20 tahun (FR0097) turun menjadi 7,07%. 

Imbal hasil obligasi INDON bertenor 10 tahun (INDON 34) naik menjadi 5,41%, sedangkan imbal hasil US Treasury bertenor 10 tahun juga naik menjadi 4,63% dibandingkan dengan level pada tanggal 20 Desember 2024 yang masing-masing sebesar 5,37% dan 4,52%. Premi risiko Indonesia, yang tercermin dari CDS 5 tahun, naik menjadi 76,57 bps. Sementara itu, rupiah melemah tipis sebesar -0.08% ke level Rp16.235.

Per 23 Desember 2024, kepemilikan asing di pasar Surat Utang Negara (SUN) tercatat sebesar IDR 879,90 triliun (14,58% dari total outstanding), turun dari posisi 20 Desember 2024 yang sebesar IDR 880,78 triliun (14,60% dari total outstanding). The Fed mengadopsi kebijakan moneter ekspansif pada tahun 2024, menurunkan suku bunga acuan dengan total 100 basis poin secara year-to-date.

Perekonomian AS tetap berada di jalur yang tepat untuk melakukan soft landing, dengan pertumbuhan yang diproyeksikan sebesar 2,5% year-on-year (YoY) pada tahun 2024 dan 2,1% YoY pada tahun 2025. 

Demikian pula, Bank Indonesia diprediksi akan menerapkan kebijakan moneter yang longgar pada tahun 2024, yang diantisipasi akan berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pasar obligasi akan bereaksi positif terlebih dahulu akibat perbaikan kondisi makroekonomi yang akan diikuti positifnya kinerja di IHSG.

Market Data:

JCI

Indonesia IDR
10yr (%)

Indon
10 yr (%)

US Treasury
10yr (%)

USD/IDR

7,036

7,03

5,41

4,63

16.235

Economic Data:

Indonesia Trade Balance November (USD)

Indonesia Export November (% YoY)

Indonesia Import November (% YoY)

4,42 B

9,14

0,01